BALA’, MUSIBAH, SABAR, TAWAKAL DAN RIDHO
Setiap manusia tidak akan pernah lepas dari bala bencana, siapapun dia; nabi, wali, orang muslim biasa, orang shalih maupun orang kafir. Hanya saja bala’ itu sendiri oleh orang-orang mulia dibagi menjadi empat macam: Yang pertama: Bala’ Intiqam, yaitu bala’ yang turun untuk tujuan memusnahkan atau mengakhiri. Bala’ ini dikhususkan untuk mereka yang kafir dan ingkar. Allah berfirman “Fantaqamna minhum fanzur kaifa kana aqibatul-mukazzibin”.
Bala’ Intiqam ini bila telah turun kepada orang-orang kafir, tidak berarti mereka bebas dari siksaan di hari akhirat, karena Allah berfirman: “Lahum fiddunya khizyun wa lahum fil-akhirati azabun azim”.
Bala’ yang kedua disebut dengan Bala’ Mahwu Sayyi’ah; yang bertujuan untuk menghapus dosa. Bala’ ini turun kepada mereka orang-orang islam pada umumnya yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Rasulullah Saw. bersabda: “Humma lailah kaffarah sanah”; Demam satu malam menghapus dosa satu tahun.
Bala’ yang ketiga disebut dengan Bala’ Raf’u Darajah. Bala’ ini untuk mereka orang-orang shalih dan orang-orang khawas bukan untuk memusnahkan mereka dan bukan juga untuk menghapus dosa mereka, sebab mereka tak berdosa sebagaimana halnya orang-orang awam. Melainkan mereka mendapat bala’ semata-mata agar derajat tinggi mereka mendapat peningkatan dari Allah Swt. sebagaimana yang menimpa kepada Saidina Binyamin As. sebagaimana firman Allah Swt.: “Kadzalika kidna liyusufa ma kana liya’khudza akhahu fi dinil-malik illa an yasya’allahu narfa’u darajati man nasya’ wa fauqa kulli dzi ilmin alim”.
Yang terakhir adalah Bala’ Mahabbah yang semata-mata untuk membkutikan cinta Allah kepada hamba-Nya. Bala’ ini khusus untuk para rasul, para nabi dan para wali. Bala’ yang menimpa justru sebagai tanda cinta. Rasul bersabda: “Idza Ahabballahu abdan ibtalahu”.
Dengan demikian maka siapapun dia, tidak akan lepas dari yang namanya bala’, hanya saja jenis bala’nya yang bagaimana ?!? semoga Allah Swt. menjadikan bala’ yang menimpa kita adalah untuk mengahpus dosa kita, bukan untuk memusnahkan kita, Amin!
Dalam menghadapi musibah, kita perlu menanam sifat sabar dalam hati kita, yang mana sabar itu sendiri ada tiga macam: Yang pertama: Sabar yang pahit yang disertai perasaan kecewa dan sedih namun tetap sabar dan tidak putus asa terhadap rahmat Allah. Dalam al-Qur’an: “Wabasysyir ashshabirina alladzina idza ashabathum mushibatun qalu inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”.
Sabar yang kedua tidak sepahit sabar yang pertama, bahkan tidak kecewa dan dengan senang hati menerima taqdir-Nya, beda halnya dengan sabar yang pertama; sabar yang disertai berat hati dan duka. Allah berfirman: “Alladzina qala lahum annasu innannasa qad jama’u lakum fakhsyauhum fazadahum imana wa qalu hasbunallahu wa ni’mal-wakil fanqalabu bini’matin minallahi wa fadhlin lam yamsashum su’un wattaba’u ridhwanallahi wallahu dzu fadhlin azim”.
Sabar yang ketiga adalah sabarnya mereka yang justru bahagia dengan taqdir Allah sepahit apapun taqdir itu, mereka tetap bahagia dan bersuka cita karena mereka telah memilih Allah dari pada yang selain-Nya, sehingga mereka yakin kebaikan justru terdapat dalam musibah itu sendiri karena di sebalik itu pasti ada yang lebih baik lagi. Allah berfirman: “Radhiyallahu anhum wa radhu anhu dzalika liman khasyiya rabbah”. Saidina Abu Bakr Ra. berkata bahwa seseorang akan mendapat ridho Allah apabila ia sendiri telah meridhoi-Nya, dalam artian meridhoi qada’ dan qadar-Nya, dan tanda seseorang ridho kepada Allah adalah apabila ia bahagia dengan suatu musibah sebagaimana ia bahagia dengan suatu nikmat, maka ia telah ridho kepada Allah, Swt.
Hanya saja Allah Swt. senantiasa menuntut kita untuk selalu berusaha dan bekerja keras demi meraih cita-cita. Jangan hanya mengharap pemberian-Nya tanpa mau berikhtiar dan berusaha, sebab tawakal adalah kepasrahan yang diawali dengan usaha yang maximal. Bila tidak berusaha dan hanya menrima hasil maka itu disebut Tawakul dan bukan Tawakkul.
Tawakal yang tepat dan benar adalah yang diawali dengan usaha yang maximal, dan oleh orang-orang mulia dibagi juga menjadi tiga bagian: Tawakal yang pertama adalah Berusaha lalu menerima apapun hasilnya. Yang kedua: Berusaha lalu meridhoi apapun hasilnya. Sedangkan yang ketiga dan yang tertinggi adalah: Berusaha dan tetap bahagia apapun hasilnya.
Adapun bila tidak berusaha dan hanya menunggu hasil maka disebut Tawakul dan inilah yang dicela oleh Allah Swt. karena Ia berfirman: “Wa qul i’malu fasayarallahu amalakum wa rasuluhu wal-mu’minun”. Pasrah kepada Allah tanpa didahului usaha yang maximal adalah melanggar fithrah itu sendiri! (…bersambung…)* Zezo
0 comments:
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Post a Comment